
Bitcoin (BTC) mengalami pergerakan penting pada Kamis (14/9), melesat melewati level dukungan utama sebesar $26,000. Kenaikan ini terjadi seiring dengan rilis indeks harga konsumen (CPI) AS pada hari Rabu (13/9), yang mengungkapkan percepatan laju inflasi tahunan untuk bulan Agustus.
Dalam tengah-tengah kekhawatiran yang meliputi pasar terkait potensi kenaikan inflasi, Bitcoin tampaknya berada pada posisi unik untuk menavigasi lanskap ekonomi yang tak pasti ini.
Mike McGlone, seorang ahli strategi komoditas senior di Bloomberg Intelligence, meyakini bahwa koin kripto ini bisa berkembang dalam lingkungan kenaikan suku bunga.
Penilaiannya didasarkan pada rata-rata pergerakan 20 minggu BTC, yang menurutnya mungkin memiliki implikasi yang lebih luas terhadap semua aset berisiko, termasuk ekuitas konvensional.
McGlone menyoroti bahwa kinerja mata uang kripto ini dapat berfungsi sebagai indikator likuiditas pasar di masa depan dan juga sebagai indikator tren spekulatif yang sedang berlangsung.
McGlone juga merujuk pada tingkat Federal Funds Futures One-Year (FF13), yang saat ini berada di atas angka 5%, menunjukkan potensi pembatasan pelonggaran likuiditas yang dilakukan oleh Federal Reserve.
Mengingat perilaku aset digital di awal tahun 2022, ia mencatat bahwa mata uang kripto bergerak sejalan dengan harga berjangka dalam siklus pengetatan yang sedang berlangsung.
Namun, McGlone juga mengingatkan bahwa kenaikan suku bunga Federal Funds yang cepat, melonjak dari nol hingga mencapai 5,25%, dapat menjadi tantangan serius bagi semua aset berisiko, termasuk Bitcoin.
Dalam situasi seperti itu, Bitcoin mungkin akan dihadapkan pada tekanan penurunan nilainya jika investor lebih memilih aset yang lebih aman dalam kondisi suku bunga yang lebih tinggi. [RH]