
Bitcoin, mata uang kripto paling terkenal di dunia, lahir melalui penambangan yang memanfaatkan perangkat keras komputer untuk memecahkan masalah matematika rumit dan memverifikasi transaksi di blockchain. Para penambang diberi imbalan berupa sejumlah BTC untuk setiap blok transaksi yang telah ditentukan sebelumnya.
Namun, menurut Coinmarketcap, dari total 21 juta BTC yang tersedia, lebih dari 19 juta BTC sudah diberikan sebagai hadiah blok kepada penambang. Ketika batas 21 juta BTC tercapai, maka penambang tidak akan lagi menerima Bitcoin dari penambangan.
Nick Hansen, pendiri dan CEO perusahaan penambangan Bitcoin, Luxor Mining, menyatakan kepada Cointelegraph pada (22/7/2023), bahwa meskipun hadiah blok hilang, peran penambang dalam memverifikasi dan mencatat transaksi di blockchain tetap penting.
“Oleh karena itu, ongkos transaksi menjadi elemen yang semakin krusial dalam ekonomi pertambangan Bitcoin, memahami pergerakan biaya transaksi dan meramalkannya untuk masa mendatang menjadi semakin vital.” ujar Hansen.
Baca Juga : Platform crypto Afrika, Bundle, Ditutup Setelah 3 Tahun Beroperasi
Hansen meyakini bahwa biaya transaksi akan menjadi insentif utama bagi penambang setelah BTC terakhir ditambang. Namun, pergeseran ini kemungkinan masih akan memakan waktu bertahun-tahun, mengingat tidak ada penambang saat ini yang akan hidup pada saat hadiah blok BTC terakhir diterima.
Menurut tweet dari firma analitik on-chain Glassnode pada 1 Mei 2023, sejak 2010, biaya transaksi dan hadiah blok telah memberikan penghasilan lebih dari $50 miliar kepada para penambang.
Perkembangan ini menandai perubahan paradigma dalam kepenambangan Bitcoin, menggiring industri menuju era baru di mana biaya transaksi menjadi faktor utama bagi kelangsungan jaringan blockchain ini. [RH]